Selasa, 03 Juli 2012

Tebaran Debu

0 comments
Puisi Binandar Dwi Setiawan

dari debu menjadi debu
Ilustrasi dari stat_ks_kidsklik_com

Apa yang masih aku tidak ketahui harus hadir lagi menjelma kejadian memprakarsai kedatangan dirimu. Rupanya kedatanganmu menuntut begitu banyak syarat yang aku tak kesemuanya tahu. Sementara rinduku tak tertahan lagi disini, aku tak lagi memiliki sesuatu pun untuk menampungnya. Apakah kau hanya mau sampai kepadaku, ketika telah habis rinduku yang untukmu.

Musuh. Aku membutuhkanmu sebagai wadah untuk menumpahkan seluruhnya marahku.Kenalilah segala hal yang kubenci dan segala hal yang secara tradisional mampu menyulut amarahku, rangkumlah menjadi satu, satukanlah menjadi dirimu. Agar tidak ada satupun yang aku benci selain dirimu. Agar para senjata memahami harus kearah mana mereka menghadap.

Disini, didalam diri, kobarnya api terlalu besar. Merusak irama yang harusnya indah berharmoni. Membakar hal hal yang harusnya tersaji sempurna. Kejadian kejadian tertentu yang harusnya terjadi menjadi tidak terjadi. Ruang dan waktu bagai jahat kepadaku. Kau sebarkan aromamu sebelum kedatanganmu, tetapi aku masih tahu siapa kau, dan siapa yang hanya sedang terliputi oleh aromamu. Segala sesuatu itu, meskipun memakai pakaianmu, tetaplah bukan kau.


Mereka tetaplah mereka, dan kau tetaplah kau. Apapun yang terjadi aku tak akan pernah membunuh mereka, seperti aku tak akan pernah segan membunuhmu. Semakin lama kau tak datang, semakin banyak leher kau kirim yang harus ku tebas untuk sampai kepadamu, semakin pandai ku mengambil kendali atas keliaranku, maka akan semakin tajam pedang yang akan kugunakan untukmu. Kau sendiri yang mengasah pedangku.

Hanya kau yang selama ini benar benar ku tunggu, untuk mengetahui siapakah aku yang sebenarnya. Untuk ku merasakan betapa sakitnya apa yang telah lama menjadi bagian dalam diri bisa terlepas keluar. Untuk merasakan aku di dalam dirimu. Musuh, datanglah tanpa ragu, beradalah, dalam pandangku. Apalagikah yang kau takutkan ketika tak sedikitpun aku takut kepadamu. Bukankah keberanianku memuncakkan keberanianmu, bukankah gelisah kita sama. Bukankah kau membutuhkanku sebagaimana aku membutuhkanmu.

Telah ku ubah semua ruang menjadi medan laga bagi kita berdua, maka untuk apa kau bersembunyi jika toh aku di dekatmu juga. Maka untuk apa kau menangkis jika toh aku menyerangmu juga. Sempurnalah. Sebab yang jahat tidak akan betah berada di kebaikan, sebab yang baik tidak akan betah berada di kejahatan. Sebab yang jahat tidak akan betah mendiamkan yang baik, sebab yang baik tidak akan betah mendiamkan yang jahat. Yang jahat harus bertarung dengan yang baik, yang baik harus bertarung dengan yang jahat. Begitulah kekasihku, begitulah musuhku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar