Selasa, 19 April 2011

KEKUATAN UKHUAH ISLAMIYAH

0 comments
Ukhuwah Islamiah (persaudaraan
Islam) adalah satu dari tiga unsur
kekuatan yang menjadi
karakteristik masyarakat Islam di
zaman Rasulullah, yaitu pertama,
kekuatan iman dan aqidah. Kedua,
kekuatan ukhuwah dan ikatan hati.
Dan ketiga, kekuatan
kepemimpinan dan senjata.
Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah
Saw. membangun masyarakat ideal,
memperluas Islam, mengangkat
tinggi bendera tauhid, dan
mengeksiskan umat Islam atas
muka dunia kurang dari setengah
abad.
Pada abad ke-15 Hijriah ini, kita
berusaha memperbaharui kekuatan
ukhuwah ini, karena ukhuwah
memiliki pengaruh kuat dan aktif
dalam proses mengembalikan
kejayaan umat Islam.
Kedudukan Ukhuwah dalam Islam
Ukhuwah Islamiah adalah nikmat
Allah, anugerah suci, dan pancaran
cahaya rabbani yang Allah
persembahkan untuk hamba-
hamba-Nya yang ikhlas dan pilihan.
Allahlah yang menciptakannya.
Allah berfirman,
﴿ﺎًﻧﺍَﻮْﺧِﺇ ِﻪِﺘَﻤْﻌِﻨِﺑ ْﻢُﺘْﺤَﺒْﺻَﺄَﻓ﴾
“…Lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara …” (QS: Ali Imran: 103).
Ukhuwah adalah pemberian Allah.
Ia berfirman,
﴿ َﺖْﻔَّﻟَﺃ ﺎَﻣ ﺎًﻌﻴِﻤَﺟ ِﺽْﺭَﻷﺍ ﻲِﻓ ﺎَﻣ َﺖْﻘَﻔﻧَﺃ ْﻮَﻟ
ْﻢُﻬَﻨْﻴَﺑ َﻒَّﻟَﺃ َﻪﻠﻟﺍ َّﻦِﻜَﻟَﻭ ْﻢِﻬِﺑﻮُﻠُﻗ َﻦْﻴَﺑ﴾
“…Walaupun kamu membelanjakan
semua (kakayaan) yang ada di
bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan
tetapi Allah telah mempersatukan
hati mereka … (QS: Al-Anfal: 63)”
﴿ًﺀﺍَﺪْﻋَﺃ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْﺫِﺇ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ِﻪﻠﻟﺍ َﺔَﻤْﻌِﻧ ﺍﻭُﺮُﻛْﺫﺍَﻭ
ْﻢُﻜِﺑﻮُﻠُﻗ َﻦْﻴَﺑ َﻒَّﻟَﺄَﻓ﴾
“…Dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu
(masa jahiliah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan
hatimu. ” (QS: Ali Imran: 103).
Selain nikmat dan pemberian,
ukhuwah juga kelembutan, cinta,
dan kasih sayang. Rasulullah Saw.
bersabda,
“ ﻢﻬِﻤُﺣﺍﺮﺗﻭ ﻢﻫِّﺩﺍﻮﺗ ﻲﻓ ﻦﻴﻨﻣﺆﻤﻟﺍ ﻞﺜﻣ،
ِﺪﺣﺍﻮﻟﺍ ِﺪﺴﺠﻟﺍ ﻞﺜﻤﻛ، ﻪﻨﻣ ﻰﻜﺘﺷﺍ ﺍﺫﺇ
ٌﻮﻀﻋ، ﺮﻬﺴﻟﺎﺑ ﺀﺎﻀﻋﻷﺍ ُﺮﺋﺎﺳ ﻪﻟ ﻰﻋﺍﺪﺗ
ﻰﻤﺤﻟﺍﻭ”
“Perumpamaan seorang mukmin
dengan mukmin lainnya dalam
kelembutan dan kasih sayang,
bagaikan satu tubuh. Jika ada
bagian tubuh yang merasa sakit,
maka seluruh bagian tubuh lainnya
turut merasakannya. ” (HR. Imam
Muslim).
Ukhuwah juga membangun umat
yang kokoh. Ia adalah bangunan
maknawi yang mampu
menyatukan masyarakat manapun.
Ia lebih kuat dari bangunan materi,
yang suatu saat bisa saja hancur
diterpa badai atau ditelan masa.
Sedangkan bangunan ukhuwah
Islamiah akat tetap kokoh.
Rasulullah Saw. bersabda,
“ ﻪﻀﻌﺑ ﺪﺸﻳ ﻥﺎﻴﻨﺒﻟﺎﻛ ﻦﻣﺆﻤﻠﻟ ﻦﻣﺆﻤﻟﺍ
ﺎًﻀﻌﺑ”
“Mukmin satu sama lainnya
bagaikan bangunan yang
sebagiannya mengokohkan bagian
lainnya. ” (HR. Imam Bukhari).
Ukhuwan tak bisa dibeli dengan
uang atau sekedar kata-kata. Tapi
ia diperoleh dari penyatuan antara
jiwa dan jiwa, ikatan hati dan hati.
Dan ukhuwah merupakan
karakteristik istimewa dari seorang
mukmin yang saleh. Rasulullah Saw.
bersabda,
“ ﻑﻮﻟﺄﻣ ﻒﻟﺇ ﻦﻣﺆﻤﻟﺍ، ﻻ ﻦﻤﻴﻓ ﺮﻴﺧ ﻻﻭ
ﻒﻟﺆﻳ ﻻﻭ ﻒﻟﺄﻳ”
“Seorang mukmin itu hidup rukun.
Tak ada kebaikan bagi yang tidak
hidup rukun dan harmonis. ”
Dan ukhuwah Islamiah ini diikat oleh
iman dan taqwa. Iman juga diikat
dengan ukhuwah. Allah berfirman,
﴿ ﺓﻮﺧﺇ ﻥﻮﻨﻣﺆﻤﻟﺍ ﺎﻤﻧﺇ﴾
“Sesungguhnya orang-orang
mukmin itu bersaudara. (QS: Al-
Hujurat: 10). ”
Artinya, mukmin itu pasti
bersaudara. Dan tidak ada
persaudaraan kecuali dengan
keimanan. Jika Anda melihat ada
yang bersaudara bukan karena
iman, maka ketahuilah itu adalah
persaudaraan dusta. Tidak memiliki
akar dan tidak memiliki buah. Jika
Anda melihat iman tanpa
persaudaraan, maka itu adalah
iman yang tidak sempurna, belum
mencapai derajat yang diinginkan,
bahkan bisa berakhir dengan
permusuhan. Allah berfirman,
﴿ َّﻻِﺇ ٌّﻭُﺪَﻋ ٍﺾْﻌَﺒِﻟ ْﻢُﻬُﻀْﻌَﺑ ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ ُﺀَّﻼِﺧَﻷﺍ
َﻦﻴِﻘَّﺘُﻤْﻟﺍ ﴾
“Teman-teman akrab pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh
sebagian yang lain, kecuali orang-
orang yang bertakwa. ” (QS: Al-
Zukhruf: 67).
Keutamaan Ukhuwah Islamiah
Dari ukhuwah Islamiah lahir banyak
keutamaan, pahala, berpengaruh
positif pada masyarakat dalam
menyatukan hati, menyamakan
kata, dan merapatkan barisan.
Orang-orang yang terikat dengan
ukhuwah Islamiah memiliki banyak
keutamaan, diantaranya:
1. Mereka merasakan manisnya
iman. Sedangkan selain mereka,
tidak merasakannya. Rasulullah
Saw. bersabda,
“ ﺓﻭﻼﺣ ﻦﻬﺑ ﺪﺟﻭ ﻪﻴﻓ ﻦﻛ ﻦﻣ ﺔﺛﻼﺛ
ﻥﺎﻤﻳﻹﺍ: ﻪﻴﻟﺇ ﺐﺣﺃ ﻪﻟﻮﺳﺭﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺃ
ﺎﻤﻫﺍﻮﺳ ﺎﻤﻣ، ﻻﺇ ﻪﺒﺤﻳ ﻻ ﺀﺮﻤﻟﺍ ﺐﺤﻳ ﻥﺃﻭ
ﻪﻠﻟﺍ، ﻥﺃ ﺪﻌﺑ ﺮﻔﻜﻟﺍ ﻰﻟﺇ ﺩﻮﻌﻳ ﻥﺃ ﻩﺮﻜﻳ ﻥﺃﻭ
ﻲﻓ ﻑﺬﻘُﻳ ﻥﺃ ﻩﺮﻜﻳ ﺎﻤﻛ ﻪﻨﻣ ﻪﻠﻟﺍ ﻩﺬﻘﻧﺃ
ﺭﺎﻨﻟﺍ”
“Ada tiga golongan yang dapat
merasakan manisnya iman: orang
yang mencintai Allah dan Rasul-Nya
lebih dari mencintai dirinya sendiri,
mencintai seseorang karena Allah,
dan ia benci kembali pada kekafiran
sebagaimana ia benci jika ia
dicampakkan ke dalam api
neraka. ” (HR. Imam Bukhari).
2. Mereka berada di bawah naungan
cinta Allah, dilindungi Arasy Al-
Rahman. Di akhirat Allah berfirman,
“ ﻲﻟﻼﺠﺑ ﻥﻮُّﺑﺎﺤﺘُﻤﻟﺍ ﻦﻳﺃ، ﻲﻓ ﻢﻬُّﻠِﻇُﺃ ُﻡﻮﻴﻟﺍ
ﻲﻠِﻇ ﻻﺇ َّﻞﻇ ﻻ ﻡﻮﻳ ﻲﻠﻇ”
“Di mana orang-orang yang saling
mencintai karena-Ku, maka hari ini
aku akan menaungi mereka dengan
naungan yang tidak ada naungan
kecuali naunganku. ” (HR. Imam
Muslim).
Rasulullah Saw. bersabda,
“ ﻯﺮﺧﺃ ﺔﻳﺮﻗ ﻲﻓ ﻪﻟ ﺎًﺧﺃ ﺭﺍﺯ ًﻼﺟﺭ ﻥﺇ،
ﺎًﻜَﻠَﻣ ِﻪِﺘَﺟَﺭْﺪَﻣ ﻰﻠﻋ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻪﻠﻟﺍ ﺪﺻﺭﺄﻓ، ﺎﻤﻠﻓ
ﻪﻴﻠﻋ ﻰﺗﺃ، ﻝﺎﻗ: ﻝﺎﻗ ؟ﺪﻳﺮﺗ ﻦﻳﺃ: ﻲﻟ ﺎًﺧﺃ ﺪﻳﺭﺃ
ﺔﻳﺮﻘﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻲﻓ، ﻝﺎﻗ: ﺔﻤﻌﻧ ﻦﻣ ﻚﻟ ﻞﻫ
ﻝﺎﻗ ؟ﻪﻴﻠﻋ ﺎﻬُّﺑُﺮَﺗ: ﻻ، ﻲﻓ ﻪﺘﺒﺒﺣﺃ ﻲﻨﻧﺃ ﺮﻴﻏ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻪﻠﻟﺍ، ﻝﺎﻗ: ﻚﻴﻟﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻲﻧﺈﻓ
ﻪﻴﻓ ﻪَﺘْﺒﺒﺣﺃ ﺎﻤﻛ ﻚَّﺒﺣﺃ ﺪﻗ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺄﺑ ﻙﺮﺒﺧﺃ”
“Ada seseorang yang mengunjungi
saudaranya di sebuah desa. Di
tengah perjalanan, Allah mengutus
malaikat-Nya. Ketika berjumpa,
malaikat bertanya, “Mau kemana?”
Orang tersebut menjawab, “Saya
mau mengunjungi saudara di desa
ini. ” Malaikat bertanya, “Apakah kau
ingin mendapatkan sesuatu
keuntungan darinya ?” Ia menjawab,
“Tidak. Aku mengunjunginya hanya
karena aku mencintainya karena
Allah. ” Malaikat pun berkata,
“Sungguh utusan Allah yang diutus
padamu memberi kabar untukmu,
bahwa Allah telah mencintaimu,
sebagaimana kau mencintai
saudaramu karena-Nya. ” (HR. Imam
Muslim).
3. Mereka adalah ahli surga di
akhirat kelak. Rasulullah Saw.
bersabda,
“ ﺎًﻀﻳﺮﻣ ﺩﺎﻋ ﻦﻣ، ؛ﻪﻠﻟﺍ ﻲﻓ ﻪﻟ ﺎًﺧﺃ ﺭﺍﺯ ﻭﺃ
َﻙﺎﺸْﻤَﻣ ﺏﺎﻃﻭ َﺖْﺒِﻃ ْﻥﺄﺑ ٍﺩﺎﻨﻣ ﻩﺍﺩﺎﻧ،
ًﻻِﺰْﻨَﻣ ِﺔﻨﺠﻟﺍ ﻦﻣ َﺕﺃَّﻮﺒﺗﻭ”
“Barangsiapa yang mengunjungi
orang sakit atau mengunjungi
saudaranya karena Allah, maka
malaikat berseru, ‘Berbahagialah
kamu, berbahagialah dengan
perjalananmu, dan kamu telah
mendapatkan salah satu tempat di
surga. ” (HR. Imam Al-Tirmizi).
Rasulullah Saw. bersabda,
“ ٍﺭﻮﻧ ﻦﻣ َﺮِﺑﺎﻨَﻣ ِﺵﺮﻌﻟﺍ ﻝﻮﺣ ﻥﺇ، ﺎﻬﻴﻠﻋ
ٌﺭﻮﻧ ﻢﻬُﺳﺎَﺒِﻟ ٌﻡﻮﻗ، ٌﺭﻮﻧ ﻢﻬُﻫﻮﺟﻭﻭ، ﺍﻮﺴﻴﻟ
َﺀﺍﺪﻬﺷ ﻻﻭ َﺀﺎﻴﺒﻧﺄﺑ، َﻥﻮُّﻴﺒﻨﻟﺍ ﻢﻬُﻄِﺒﻐَﻳ
ُﺀﺍﺪﻬﺸﻟﺍﻭ”. ﺍﻮﻟﺎﻘﻓ: ﻝﻮﺳﺭ ﺎﻳ ﺎﻨﻟ ﻢﻬْﺘَﻌﻧﺍ
ﻪﻠﻟﺍ. ﻝﺎﻗ: “ﻪﻠﻟﺍ ﻲﻓ ﻥﻮُّﺑﺎﺤﺘﻤﻟﺍ ﻢﻫ،
ﻪﻠﻟﺍ ﻲﻓ ﻥﻮﺧﺂﺘﻤﻟﺍﻭ، ﻲﻓ ﻥﻭُﺭِﻭﺍﺰﺘُﻤﻟﺍﻭ
ﻪﻠﻟﺍ” ﻲﻓ ﻲﻗﺍﺮﻌﻟﺍ ﻆﻓﺎﺤﻟﺍ ﻪﺟﺮﺧﺃ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ
ﻝﺎﻗﻭ ﺀﺎﻴﺣﻺﻟ ﻪﺠﻳﺮﺨﺗ: ﺕﺎﻘﺛ ﻪﻟﺎﺟﺭ
)2/198( ﻪﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ ﺓﺮﻳﺮﻫ ﻲﺑﺃ ﻦﻋ .
“Sesungguhnya di sekitar arasy
Allah ada mimbar-mimbar dari
cahaya. Di atasnya ada kaum yang
berpakaian cahaya. Wajah-wajah
mereka bercahaya. Mereka
bukanlah para nabi dan bukan juga
para syuhada. Dan para nabi dan
syuhada cemburu pada mereka
karena kedudukan mereka di sisi
Allah. ” Para sahabat bertanya,
“Beritahukanlah sifat mereka wahai
Rasulallah. Maka Rasul bersabda,
“ Mereka adalah orang-orang yang
saling mencintai karena Allah,
bersaudara karena Allah, dan saling
mengunjungi karena Allah. ” (Hadis
yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia
mengatakan, para perawinya
tsiqat).
4. Bersaudara karena Allah adalah
amal mulia dan mendekatkan
hamba dengan Allah.
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻞﺌُﺳ ﺪﻗﻭ
ﻥﺎﻤﻳﻹﺍ ﻞﻀﻓﺃ ﻦﻋ، ﻝﺎﻘﻓ: “ﻪﻠﻟ ﺐﺤﺗ ﻥﺃ
ﻪﻠﻟ ﺾﻐﺒﺗﻭ”…. ﻞﻴﻗ: ؟ﻪﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﺎﻳ ﺍﺫﺎﻣﻭ
ﻝﺎﻘﻓ: “ﻚﺴﻔﻨﻟ ﺐﺤﺗ ﺎﻣ ﺱﺎﻨﻠﻟ ﺐﺤﺗ ﻥﺃﻭ،
ﻚﺴﻔﻨﻟ ﻩﺮﻜﺗ ﺎﻣ ﻢﻬﻟ ﻩﺮﻜﺗﻭ”
Rasul pernah ditanya tentang
derajat iman yang paling tinggi,
beliau bersabda, “…Hendaklah kamu
mencinta dan membenci karena
Allah …” Kemudian Rasul ditanya
lagi, “Selain itu apa wahai
Rasulullah?” Rasul menjawab,
“Hendaklah kamu mencintai orang
lain sebagaimana kamu mencintai
dirimu sendiri, dan hendaklah kamu
membenci bagi orang lain
sebagaimana kamu membenci bagi
dirimu sendiri. ” (HR. Imam Al-
Munziri).
5. Diampunkan Dosa. Rasulullah Saw.
bersabda,
“ ﺎﺤﻓﺎﺼﺘﻓ ﻥﺎﻤﻠﺴﻤﻟﺍ ﻰﻘﺘﻟﺍ ﺍﺫﺇ، ﺖﺑﺎﻏ
ﻦﻋ ُﻂَﻗﺎَﺴَﺗ ﺎﻤﻛ ﺎﻤﻬﻳﺪﻳﺃ ﻦﻴﺑ ﻦﻣ ﻢﻬﺑﻮﻧﺫ
ﺓﺮﺠﺸﻟﺍ
“Jika dua orang Muslim bertemu dan
kemudian mereka saling berjabat
tangan, maka dosa-dosa mereka
hilang dari kedua tangan mereka,
bagai berjatuhan dari pohon. ” (Hadis
yang ditkhrij oleh Al-Imam Al-Iraqi,
sanadnya dha ’if).
Syarat dan Hak Ukhuwah
1. Hendaknya bersaudara untuk
mencari keridhaan Allah, bukan
kepentingan atau berbagai tujuan
duniawi. Tujuannya ridha Allah,
mengokohkan internal umat Islam,
berdiri tegar di hadapan konspirasi
pemikiran dan militer yang
menghujam agama dan akidah
umat. Rasulullah Saw. bersabda,
“ Sesungguhnya amal itu tergantung
niatnya…” (HR. Imam Bukhari).
2. Hendaknya saling tolong-
menolong dalam keadaan suka dan
duka, senang atau tidak, mudah
maupun susah. Rasul bersabda,
“ Muslim adalah saudara muslim, ia
tidak mendhaliminya dan tidak
menghinanya … tidak boleh seorang
muslim bermusuhan dengan
saudaranya lebih dari tiga hari, di
mana yang satu berpaling dari yang
lain, dan yang lain juga berpaling
darinya. Maka yang terbaik dari
mereka adalah yang memulai
mengucapkan salam.” (HR. Imam
Muslim).
3. Memenuhi hak umum dalam
ukhuwah Islamiah. Rasul bersabda,
“ ﺖﺳ ﻢﻠﺴﻤﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻢﻠﺴﻤﻟﺍ ﻖﺣ: ﻪﻴﻘﻟ ﺍﺫﺇ
ﻪﻴﻠﻋ ﻢَّﻠﺳ، ﻪﺘِّﻤﺸﻳ ﻥﺃ ﺲﻄﻋ ﺍﺫﺇﻭ، ﺍﺫﺇﻭ
ﻩﺩﻮُﻌﻳ ﻥﺃ ﺽﺮﻣ، ﻪﻌﻴﺸﻳ ﻥﺃ ﺕﺎﻣ ﺍﺫﺇﻭ، ﺍﺫﺇﻭ
ﻩَّﺮﺒﻳ ﻥﺃ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﺴﻗﺃ، ﻪْﺒِﺟﺄﻓ ﻙﺎﻋﺩ ﺍﺫﺇﻭ ”
“Hak muslim atas muslim lainnya
ada enam, yaitu jika berjumpa ia
memberi salam, jika bersin ia
mendoakannya, jika sakit ia
menjenguknya, jika meninggal ia
mengikuti jenazahnya, jika
bersumpah ia
melaksanakannya.” (HR. Imam
Muslim).
Contoh Penerapan Ukhuwah
Islamiah
1. Rasul mempersaudarakan antara
kaum Muhajirin dan Anshar, antara
Aus dan Khazraj. Saat itu Rasul
menggenggamkan tangan dua
orang, seorang dari Muhajirin dan
seorang lagi dari Anshar. Rasul
berkata pada mereka,
“ Bersaudaralah karena Allah dua-
dua.”
Maka Rasulullah
mempersaudarakan antara Sa’ad
bin Rabi’ dan Abdurrahman bin Auf.
Saat itu, Sa’ad langsung
menawarkan setengah hartanya
kepada Abdurrahman, memberikan
salah satu dari dua rumahnya.
Bahkan ia siap menceraikan salah
satu istrinya supaya bisa dinikahi
oleh Abdurrahman.
Pemuliaan keimanan kaum Anshar
ini diterima kaum Muhajirin dengan
keimanan pula, sehingga
Abdurrahman bin Auf berkata,
“ Biarkanlah harta, rumah, dan
istrimu bersamamu. Tunjukkanlah
aku pasar. ” Maka Abdurrahman
meminjam uang dari Sa’ad,
sehingga Allah membukakan pintu-
pintu rizki baginya, sehingga
Abdurrahman bin Auf menjadi salah
satu sahabat Nabi yang sangat
kaya.
Allah berfirman, “Bagi para fuqara
yang berhijrah yang diusir dari
kampung halaman dan dari harta
benda mereka (karena) mencari
karunia dari Allah dan keridhaan-
(Nya) dan mereka menolong Allah
dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-
orang yang benar. Dan orang-orang
yang telah menempati kota Madiah
dan telah beriman (Anshar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang
berhijrah pada mereka. Dan mereka
tiada menaruh keinginan dalam hati
mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (orang-
orang Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang
Muhajirin) atas diri mereka sendiri,
sekalipun mereka memerlukan (apa
yang mereka berikan itu). Dan siapa
yang diperlihara dari kekikiran
dirinya, mereka itulah orang-orang
yang beruntung. ” (QS: Al-Hasyr:
8-9).
2. Setelah perang Badar, kaum
Muslimin menawan 70 orang
musyrikin. Salah seorang dari kaum
musyrik itu bernama Aziz, saudara
kandungnya sahabat Rasul
bernama Mus’ab bin Umair.
Ketika Mus’ab melihat saudara
kandungnya, ia berkata pada
saudaranya yang muslim,
“ Kuatkanlah ikatannya. Mintalah
uang darinya sesukamu, karena
ibunya memiliki banyak uang. ”
Dengan terkejut Aziz berkata,
“ Apakah seperti ini wasiatmu atas
saudaramu?” Mus’ab berkata,
“Kamu bukan saudaraku, akan
tetapi dia (sambil menunjuk seorang
Muslim). ” Ini menunjukkan bahwa
ukhuwah atas dasar agama lebih
kuat dari hubungan darah.
3. Pernah seorang sahabat
Rasulullah memberikan segelas air
kepada salah satu teman-temannya
yang sedang mengembala
kambing. Temannya tersebut
memberikan air kepada teman
kedua. Yang kedua memberikan
kepada yang ketiga. Begitulah
seterusnya, hingga air tersebut
kembali pada yang memberikan air
pertama kali, setelah tujuh kali air
itu berpindahan tangan.
4. Salah seorang sahabat Rasul
bernama Masruq memiliki hutang
yang banyak. Namun karena
saudaranya bernama Khaitsamah
juga berhutang, maka Masruq
membayar hutang Khaitsamah
tanpa sepengetahuannya.
Sedangkan Khaitsamah,
mengetahui saudaranya masruq
memiliki hutang yang banyak, ia
pun membayarnya tanpa
sepengetahuannya Masruq.
Semoga Allah menjadikan kita saling
bersaudara karena-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar