Senin, 20 September 2010

Berseragam, , kenapa nggak. . .

0 comments
Sebagaimana tradisi manusia, terutama bangsa kita, tahun pelajaran baru berarti segalanya serba baru. Tas, sepatu, buku, dan tentu saja seragam. Tapi gimana kalo sekolah nggak pake seragam. ? Pasti bakal menjadi hal yang baru di negeri ini.
Khusus bagi mereka yang akan menuntut ilmu di sekolah baru, tentu saja bakalan ada tuntutan untuk membeli dan mengenakan seragam baru. Padahal, masalah seragam sekolah cukup merepotkan untuk orang tua terutama. Selain untuk mengangsur uang gedung yang cukup besar, juga harus menyediakan anggaran pembelian seragam sekolah baru. Nah, kalo tu menimpa orang tua yang nggak mampu, tentu mempersulit kelanjutan pendidikan sang anak.
Berbagai persoalan itu banyak mengundang tanggapan pro dan kontra. Namun, bagi sebagian pakar pendidikan, persoalan seragam sekolah nggak semestinya dianggap serius untuk menyukseskan pendidikan. Menurut seorang tokoh di lingkungan Depdiknas, seragam bukan keharusan. Kalo nggak punya seragam, katanya, salah pakaian bebas. Jadi jangan sampai ada pemaksaan memakai seragam untuk pelajar. Yang penting sekolahnya.
Intinya, seluruh sekolah jangan menerapkan aturan siswa harus membeli segaran dari sekolah. Orangtua atau pelajar hendaknya dibebaskan membeli pakaian seragam.
Kalo koperasi sekolah mau menjual pakaian seragam, harus lebih murah daripada di sasaran luar ato maksimal sama dengan harga toko. Kalo ada yang berani mengambil keuntungan dari kondisi ini, yakni pada saat tahun pelajaran baru ada sekolah memaksa pelajar membeli seragam dari sekolah, apalagi lebih mahal, maka pimpinan sekolah harus mendapat teguran atau sanksi. Persoalan ini jangan dibuat main2.
Meski sempat ada kebijakan untuk nggak mengharuskan pelajar mengenakan pakaian seragam, rata2 kalangan pendidikan di negeri ini masih memandang penggunaan pakaian seragam tetap lebih bagus. Ini didasarkan pada realita bahwa rata2 pelajar SD, SMP, hingga SMA atau SMK tetap mampu membeli pakaian seragam.
Kepercayaan seperti itu dapat dibandingkan dengan contoh kasus soal pembuatan surat keterangan nggak mampu dari orang tua. Umumnya kalangan orangtua enggan membuat surat keterangan itu. Dengan alasan gengsi.
Padahal, kalo ada surat keterangan nggak mampu dari orangtua, si anak bisa sekolah gratis. Bahkan kalau pinter dan berprestasi mendapat beasiswa, yang sekarang banyak diluncurkan oleh sejumlah perusahaan yang menyisihkan anggaran untuk membiayai pendidikan anak dari kalangan nggak mampu. Sekarang pemerintah juga udah merealisasikan program sekolah gratis.
Namun, terlepas dari semua itu, sebenarnya apa yang memberatkan jika sekolah nggak mengharuskan siswa2nya berseragam. Dengan kata lain, kini perlu dicoba aturan sekolah tanpa berseragam. Toh kita saat ini sudah berada di alam reformasi, yang mengedepankan nilai2 demokrasi secara bertanggungjawab.
Jika di luar negeri, banyak sekolah yang sudah mengeluarkan kebijakan nggak berseragam bagi muridnya, kenapa kita nggak mencobanya? Bukankah nggak berseragam atau perbedaan dalam pendidikan justru bisa menjadi pelangi yang indah dan menggairahkan? Coba lihat dunia pendidikan tinggi, di mana kalangan mahasiswa bisa ke kampus dengan beraneka rupa dan warna pakaian. Itung2 agar ada reformasi pendidikan di negri ini.
So, sekolah tanpa berseragam, kenapa nggak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar